DESA
CIBUNTU
Desa Cibuntu merupakan sebuah desa yang
termasuk unik karena keberadaan desa tersebut merupakan ujung desa dan berada
di lereng gunung ciremai, jadi setelah desa cibuntu selanjutnya merupakan hutan
pinus yang merupakan area hutan gunung ciremai.Untuk menuju ke desa Cibuntu
kalau rute dari Cirebon tahapannya adalah: Cirebon -
Sumber(Plangon)-Mandirancan-Paniis-Cibuntu dengan jarak tempuh +/- 30km.
Desa Cibuntu dipimpin oleh seorang kepala desa
yang sampai ini dijabat oleh bapak H.Awam Hamara dan sebagai sekertaris desanya
bapak Iwan Jamsuki.Walaupun desa cibuntu berada di ujung desa tapi dengan
adanya kepemimpinan kuwu - kuwu :mulai dari Bapak Kurdi - Bapak Amangku - Bapak
Enda dan yang sekaran Bapak awam dibawah kepemimpinan beliau - beliaulah hingga
sekarang masyarakat desa Cibuntu dapat menikamti sarana listri, jalan aspal,
air ke rumah-rumah dll.
Ada beberapa hal yang perlu
diketahui tentang Desa Cibuntu yang berkaitan dengan Pariwisata,Seni &
Budaya.
Untuk Pariwisata, di desa
Cibuntu terdapat situs-situs yang konon ceritannya merupakan tempat-tempat
napak tilas para wali ketika akan menuju ke Gunung ciremai, ada satu yang agak
unik namanya Loa,dengan tersusun rapih ada satu batu besar mirip sebuah meja
kemudian dikelilingi batu-batu kecil mirip sebuah kursi, disampingnya ada
aliran air dan dibawah pohon loa yang meneduhi meja tersebut keberadaanya
percis sebelum masuk desa Cibuntu.
Untuk Seni,masyarakat desa
Cibuntu pada dasarnya banyak yang berjiwa seni misalkan ada seorang tokoh tua
yang namanya Mang Pandi beliu termasuk orang yang merintis adanya Group
Sandiwara & Reog, dimana pemainnya merupakan anak-anak muda desa Cibuntu,
tapi dengan berkembangnya jaman kini tinggal kenangan.
Untuk Budaya, desa Cibuntu
merupakan sebuah desa yang penghuninya diperkirakan sudah ada sejak jaman
batu,perkiraan itu bukan tanpa dasar karena di desa cibuntu pernah ditemukan
benda-benda purbakala berupa alat yang dibuat dari batu, Giok dll.Penemunya
adalah yang dikenal dengan Mang Jai dan tempat penemuannya percis dibelakang kantor
desa Cibuntu.Yang kami sesalkan benda-benda yang tak ternilai hargannya itu
raib entah kemana rimbanya.ada satu hal yang sampai saat ini budaya masih
dipertahankan yaitu dengan sikap kegotong royongannya dalam melakukan
kegiatan-kegiatan, seperti : pembangunan rumah, saling membantu biaya
rumah sakit, biaya persalinan, dll.
Demikian sekilas info tentang
keberadaan desa Cibuntu
DESA MANDIRANCAN
ASAL USUL DESA MANDIRANCAN
Beradasarkan
keterangan-keterangan dari sesepuh desa bahwa desa mandirancan berasal dari
kata mandi (matih, ampuh) dan rancan (rencana) ada pula yang berpendapat bahwa
mandi ( kolam tempat mandi)
Jadi
mandirancan berarti :
- Desa
yang mempunyai rencana yang matih/ ampuh dan dapat dilaksanakan dengan baik
- Kolam
tempat mandi yang matih untuk kekebalan/kesaktian
Kedua
perktaan tersebut mendekati kebenaran dengan alasan sebagi berikut :
Pendapat
pertama
1. Semenjak desa mandirancan berdiri semua orang yang bermaksud
jahat terhadap masyarakat / penduduk desa selalu mengalami kegagalan.
2. Tiap-tiap pencuri yang melakuakn pencurian didesa mandirancan
akhirnya tertyangkap juga.
Kalau tidak tertangkap ia mengalami kegagalan (apes
bahasa sunda)
Keterangan tersebut juga dibuktikan yaitu ketika
aksi polisi belanda ke I-II tahun 1947-1949, desa mandirancan diduduki oleh
markas belanda dan merupakan pos aliran air ledeng dari desa paniis ke kota
cirebon.
Pada saat itu penduduk umumnya ada di pihak gerilyawan,
berulang ulang markas belanda yang berada di desa mandirancan di serang oleh
oihak gerilyawan,namun tidak membawa hasil . pernah terjadi peluru granat yang
di lemparkan didepan markas tersebut tidak meledak, peluru mortir yang jatuh di
salah satu rumahpun tidak meledak. Sebelum renfil serangan pihak gerilyawan
tidak membawakan hasil karena kedua belah pihak gerilyawan tidur di kebun-kebun
pinggir desa.
Sebelum Cease Fire tahun 949,
gerilyawan secara serentak melakukan serangan fajar, tetapi tidak berhasil.
Pada tahun 1956 di Mandirancan
ada yang bertugas satu Kompi Mobrig Jon 5118 bertempat di balai desa pernah
mengalami serangan dari gerombolan DI Kartosuwiryo, mereka menyerang dari
sebelah timur ± jarak 10 meter, inipun menemui kegagalan, dan pada tahun 1959
gerombolan DI Kartosuwiryo mengalami kehancuran.
Adapumn Rancan yang artinya
Rencana menurut keterangan dari orang tua bagi segala rencana dapat di
laksanakan dengan baik.
Pendapat kedua
Mandi yaitu tempat mandi di
kampung cibarong blok pon desa mandirancan disana terdapat mata air yang jernih
yang sampai sekarang rami di pakai tempat mandi oleh masyarakat setempat.
Kata rancana brasal dari kata ranca yang artinya
rawa. Kemungkinan dahulu pernah ada orang yang telah mandi diranca, akhirnya
kalimat tersebut sampai sekarang menjadi nama desa.
Menurut keterangan orang tua
dahulu banyak ahli tarak (tapa), karena biasa (adat) main ujungan. Ahli-ahli
tersebut melakuakan mandi di malam hari untuk menambah kekebalan dan
kekuatannya/kesaktiannya. Tempat-tempat mandi yaitu yang digunakan yaitu di 7
(tujuh) muara yang ada di desa dan di luar desa.
Berdasarkan penghuni desa yang pertama, yang
mula-mula membuat saluran-saluran air, jalan-jalan desa dan sebagainya yaitu :
Buyut Neke dengan Buyut Dukuh.
Akhirnya datang pula pendatang
dari luar desa, yaitu dari daerah cirebon yaitu Buyut Tumenggung Kuning yang
bergelar tunggal Kadu yang kemudian menjadi mantu Buyut Neke. Dari
pernikahannya melahirkan buyut tanjung kemuning, dan karena kesaktiannya maka
ia mendapat gelar Buyut Sirnabaya, dan Buyut Sirnabaya itu mempunyai seorang
pembantu laki laki dari luar desa (sindang laut) yang samapi sekarang di sebut
Buyut Lurah (panakawan-bhsa jawa), nama buyut lurah mashur sampai sekarang
sehingga kuburannya dipelihara dengan baik.
Menururt keterangan bahwa buyut
lurah pernah diutus puraga (piket) ke mataram,dan pada jaman sultan agung ia
pernah di suruh mengambil air, air tersebut diambil dengan dipikul
memakipikulan cerangka rumput. Karena kesaktiannya ia di suruh pulang ke
Mandirancan dengan membawa tanda jasa.
Selain Buyut Lurah ada lagi orang yang dianggap
kuat diantaranya :
- Buyut sabuk Halu
- Buyut gugur panadah
- Buyut Karti
- Buyut sajidin dll.
Buyut sirnabaya mempunyai seorang gadis yang cantik, dan karena
kecantikannya itu ia mempunyai mantu Sultan Cirebon. Di desa Mandirancan di
buatnya sebidang kebun yang sampai sekarang disebut kebon Dalem yang terletak
disebelah Timur desa, dan sebidang tanah yang dijadikan patamanan dalem seluas
1 Ha, tanah tersebut sampai sekarang disebut “Patoman” yang terletak disebelah
Tenggara desa.
Dari pernikahan putri sirnabaya dengan sultan Cirebon tersebut desa
Mandirancan menjadi mashur dan mendapat julukan Cirebon tua, dan ada
kemungkinan dinamakan Cirebon tua karena saat itu terjadi (ada sebuah nangka)
yang masak jatuh ke sebuah sumur, dan nangka tersebut tidak dapat dipotong
dengan pisau atau golok. Nangka tersebut oleh para penguasa setepat diserahkan
kepada Dalem Cirebon.
Sumur itu disebut sumur kejayaan atau sumur bandung yang sekarang
tertutup dengan sebuah batu. Sumur tersebut dapat terbuka dengan sendirinya
bagi orang yang kewenean (bahasa sunda). Sumur itu terletak di pinggir sungai
cipager.
Pada tahun ± 1961 Batalyon 325 bertugas di desa Mandirancan, pernah ada
seorang prajurit berpangkat Kopral namanya itu Bapak Sadja, ia dengan disertai
oleh seorang pemuda desa pada suatu malam berkunjung ketempat tersebut, pada
malam itu pula ia melihat 3 buah batu ali, diantaranya: merah delima, djamrud
dan jaman.
Batu-batu tersebut dengan mudah diangkat dengan maksud tidak akan
memilikinya, kalau batu itu ingin dimilikinya, maka batu ali tersebut tidak
terangkat. Sebelum batu-batu tersebut terangkat terlebih dahulu muncul
godaan-godaan yang bermacam-macam ririwa (memedi dalam bahasa jawa).
Menurut keterangan orang tua bahwa besok lusa desa Mandirancan akan
dijadikan tempat kegiatan pemerintahannya. Keterangan tersebut terbukti pada
tahun 1941 jaman bala tentara Dai Nipon mendarat, saat itu masyarakat kota
Cirebon dipimpin oleh L.B.D mengungsi ke desa Mandirancan, juga terjadinya
pemerintahan Inspektur wilayah III Cirebon, jawatan-jawatan perusahaan negara,
lembaga Nifo keresidenan Cirebon melakukan kegiatan-kegiatan pemerintahannya di
desa Mandirancan selama ± 1 bulan, yaitu pada bulan Oktober-November 1969,
ketika adanya Fiel test Gala Yuda Angkatan Darat, dan desa Mandirancan
dijadikan daerah pangkalan pemerintahan Inspektur wilayah III Cirebon.
Pada saat itu masyarakat desa ikut aktif melaksanakan “perata” (perang
rakyat semesta) yang disaksikan oleh para tamu dari luar dan dalam negeri.
Dengan terbuktinya keterangan-keterangan yang biasa diceritakan oleh
orang-orang tua, maka warga masyarakat desa semakin cinta terhadap desa yang
merupakan tumpah darahnya.
Karena jasa-jasa buyut Sirnabaya, masyarakat desa membentuk satu
kesatuan olah raga dan kesatuan siswa dengan memakai nama sirnabaya, yaitu:
- Olahraga desa Mandirancan “Sirna Baya”
- Ikatan Pelajar Mandirancan “Sirna Baya”Beradasarkan
keterangan-keterangan dari sesepuh desa bahwa desa mandirancan berasala dari
kata mandi (matih, ampuh
Jadi mandirancan berarti :
- Desa
yang mempunyai rencana yang matih/ ampuh dan dapat dilaksanakan dengan baik
- Kolam
tempat mandi yang matih untuk kekebalan/kesaktian
Kedua perkataan tersebut mendekati kebenaran
dengan alasan sebagi berikut :
DESA SUKASARI
Sejarah Desa Sukasari
Menurut cerita secara turun temurun, Sukasari di bebera oleh Buyut Jago , Buyut Tipasakti, Buyut Demang ,Buyut Sinta , Eyang Sitawijaya , Eyang Natawijaya , Eyang Singaperna dan Buyut Saliahah, maka dari rempugan para karuhun tersebut terbentuklah Nama SUKASARI, yang punya arti Suka kepada yang bagus-bagus sehingga sejak dulu bahwa Desa Sukasari Selalu jadi Desa terbaik Baik Tingkat Kecamatan, Tingkat Kabupaten dan Tingkat Propinsi , dan punya target untuk tingkat Nasional.
Desa Sukasari telah menyadang desa terbaik yaitu :
1. Tahun 2005 Desa terbaik Satu tingkat Kecamatan Cikijing
2. Tahun 2006 Desa terbaik Satu tingkat Kabupaten Majalengka
3. Tahun 2006 Desa terbaik Satu tingkat Wilayah III Cirebon
4. Tahun 2007 Desa terbaik Dua tingkat Propinsi Jawa Barat
Dan Desa Sukasari, Sejak tahun 1985 sudah dijadikan kegiatan tingkat kecamatan,Kabupaten,Propinsi serta sudah pada tingkat Nasional, yaitu dalam rakngka TEKONAS ( Temu Konsultasi Tingkat Nasional ) Kejar Paket A dari 27 Propinsi yang diselenggarakan oleh Dirjen Pendidkan Luar Sekolah Republik Indonesia, Adapun Program Program Pemerintah yang sudah di berikan kepada pemerintah ke desa Sukasari antara laian :
1. P2MPD Tahun 2005
2. PPK Tahun 2006
3. PNPM Generasi Sehat Dan Cerdas Tahun 2007-2008
4. PNPM Desa Mandiri Tahun 2010-2011
5. Program Desa Mandiri Dalam Perwujudan Desa Peradaban Tahun 2010
Dari semua program yang sudah dilaksanakan menjadikan suatu perubahan kearah kemajuan untuk sukasari, karena menunjang semua indikator pembangunan yang terutama Kesehatan, Pendikan, Keagamaan ,Perekonomian dan pemerintahan.
Menurut cerita secara turun temurun, Sukasari di bebera oleh Buyut Jago , Buyut Tipasakti, Buyut Demang ,Buyut Sinta , Eyang Sitawijaya , Eyang Natawijaya , Eyang Singaperna dan Buyut Saliahah, maka dari rempugan para karuhun tersebut terbentuklah Nama SUKASARI, yang punya arti Suka kepada yang bagus-bagus sehingga sejak dulu bahwa Desa Sukasari Selalu jadi Desa terbaik Baik Tingkat Kecamatan, Tingkat Kabupaten dan Tingkat Propinsi , dan punya target untuk tingkat Nasional.
Desa Sukasari telah menyadang desa terbaik yaitu :
1. Tahun 2005 Desa terbaik Satu tingkat Kecamatan Cikijing
2. Tahun 2006 Desa terbaik Satu tingkat Kabupaten Majalengka
3. Tahun 2006 Desa terbaik Satu tingkat Wilayah III Cirebon
4. Tahun 2007 Desa terbaik Dua tingkat Propinsi Jawa Barat
Dan Desa Sukasari, Sejak tahun 1985 sudah dijadikan kegiatan tingkat kecamatan,Kabupaten,Propinsi serta sudah pada tingkat Nasional, yaitu dalam rakngka TEKONAS ( Temu Konsultasi Tingkat Nasional ) Kejar Paket A dari 27 Propinsi yang diselenggarakan oleh Dirjen Pendidkan Luar Sekolah Republik Indonesia, Adapun Program Program Pemerintah yang sudah di berikan kepada pemerintah ke desa Sukasari antara laian :
1. P2MPD Tahun 2005
2. PPK Tahun 2006
3. PNPM Generasi Sehat Dan Cerdas Tahun 2007-2008
4. PNPM Desa Mandiri Tahun 2010-2011
5. Program Desa Mandiri Dalam Perwujudan Desa Peradaban Tahun 2010
Dari semua program yang sudah dilaksanakan menjadikan suatu perubahan kearah kemajuan untuk sukasari, karena menunjang semua indikator pembangunan yang terutama Kesehatan, Pendikan, Keagamaan ,Perekonomian dan pemerintahan.
Semua warga desa Sukasari yang tua maupun yang muda,semoga
maklum atas kebenaran serta lurusnya sejarah desa Sukasari. Sejarah desa
Sukasari tidak akan lepas kaitannya dengan deasa ciguntur yang sekarang masih
di ingat namun tidak terlupakan dari waktu ke waktu. Desa yang sekarang
tinggal namanya saja,tapi tidak terhapus oleh zaman karena sejarah dari dahulu
namanya adalah Desa ciguntur.
Desa Ciguntur dimulai
ceritanya pada tahun 1935, dinamakan Ciguntur karena bertempat disebelah barat
sisi bendungan Cipakeleran dan di bawah Lamping Sibilik. Memanjang dari selatan
ke utara yang panjangnya 1000m dan penduduknya masih sedikit yaitu 100KK.
Tetapi secara administrasi diakui oleh pemerintahan Kabupaten Kuningan.
Wilayahnya luasnya ± 178,028 Hektar yang termasuk darat (pemukiman )
maupun sawah
Batas batas wilayah :
· Selatan
: Desa seda dan cibuntu
· Barat
: Desa paniis dan cirea
· Utara:
Desa Matangaji dan nanggela
· Timur:
Desa Nanggerang Jaya
Perangkat desa zaman dahulu tahun 1935
1. Kepala
desa
: Bapak Kasmin
2. Sekretaris
: Bapak Satria Sastra Wijaya
3. Kasi
Pemerintahan : Bapak Kartayu
4. Kasi
kesra
: Bapak Sukarta Sukardi Wirya
5. Kasi
ekbang
: -
6. Ngalambang
: Bapak
Jasim
7. Kadus
: Bapak Miskad Kerta Dipura
8. Khotib
: Bapak Sarman Warya Gama
9. Kebersihan
: BapakMardani
Desa Ciguntur termasuk
desa yang rapih, aman, rukun beragama serta gotong royong dan beragama islam.
Seluruh masyarakat berternak hewan dan bertani. Kebanyakkan masyarakat
menghasilkan kerajin tangan yaitu anyaman, membuat bilik, bilik kepang, dan
lain-lain, karena pada zaman itu rumahnya memakai bamboo dan juga bilik. Ketika
masyarakat tenang dan tentram dikagetkan dengan kejadian fenomena alam,yaitu
meletusnya gunung Ceremai dan lahar yang membanjiri masyarakat sehingga
masyarakat pindah dari pemukiman Ciguntur. Seluruh masyarakat akhirnya
diusingkan ketempat yang lebih aman, yaitu kesebelah timur ke Cipakeleran.
Setelah gunung Ceremai
sudah tidak mengeluarkan lahar dan aman, seluruh warga berpindah ke Ciguntur
kembali dan membersihkan seluruh desa terutama tempat tinggal masing-masing
serta membuat masjid yang luasnya 100 bata, 1 bata =14,2M. Malam hari setelah keputusan
membuat masjid, seluruh warga mengadakan berdoa bersama kepada Allah SWT,semoga
desa yang sekarang mendapatkan ridho dan berkah dari Allah SWT.
Berdasarkan musyawarah
seluruh masyarakat desa Ciguntur,tepatnya hari jumat tanggal 12 Rabiulawal 1351
H (16 Juli 1932) dijadikan hari jadi desa baru dengan namanya adalah Desa
Neglasari. Setelah diresmikannya nama Desa Neglasari,kembali terjadi musibah
sehingga mengganti namanya lagi menjadi Desa Sukawangi. Desa sukawangi pun
tidak cocok karena banyak musibah kilat dan warga yang tersambar kilat,sehingga
diganti namanya kembali oleh kesepakatan seluruh warga menjadi Desa Sukasari.
Alhamdulillah setelah
gantinya nama Sukasari tidak ada kejadian yang membuat warga Sukasari sengsara,
serta warganya pun bertambah dengan seiringnya zaman menjadi 2000 orang. Sampai
sekarang sejarah desa Sukasari masih terkenang dihati kami para sesepuh desa
Sukasari dan tidak akan kami lupakan kejadian yang dahulu menimpa dan semoga
kedepannya Sukasari menjadi desa yang maju.
DESA PANIIS
Banyak
asal-usul cerita tentang sejarah desa paniis, berikut salah satu asal mula desa
Paniis dan pemberian namanya.
Menurut
bapak Jali yang mempunyai jabatan sebagai wakil Jurtulis atau wakil Juru tulis atau
biasa disebut sekretaris di desa Paniis. Beliau berpendapat bahwa sejarah desa
Paniis bermula pada jaman dahulu, yaitu pada jamannya mbah Kuwu Cirebon-girang
yang sebenarnya bukan berasal desa Paniis namun berasal dari kota Cirebon. Pada
jaman tersebut berdiri suatu tempat, yang sebelumnya belum tidak mempunyai nama
desa. Hanya saja pada jaman tersebut ada yang disebut pademangan yang biasa
dipanggil demang-demang, mungkin pada jaman sekarang setara dengan kepala desa
atau lurah. Namun pada jaman dahulu biasa disebut dengan kangjeng dalem, dan
yang menjadi kanjeng dalemnya yaitu mbah Kuwu Cirebon-Girang.
Adanya
pemberian nama desa Paniis ini bermula pada saat jamannya kanjeng dalem atau
mbah Kuwu Cirebon-Girang. Awal mula ceritanya yaitu mbah Kuwu Cirebon-Girang
atau kanjeng dalem ini berjiaah ke tanah Suci Mekah yang pertama kali di tanah
jawa, asal-usul juga menyebutkan bahwa mbah kanjeng dalem juga yang pertama mengambil jubah asli dari
tanah Suci Mekah.
Sepulangnya
dari tanah Suci Mekah, kanjeng dalem atau yang disebut mbah kuwu Cirebon-Girang
ini beliau mengembangkan ajaran Islam yang didapatnya ke berbagai tempat, salah
satunya adalah ke desa Paniis. Semenjak itu mbah Kuwu menyebarkan utusannya
kebeberapa pemimpin diberbagai daerah. Salah satunya adalah pemimpin yang biasa
disebut Dukuh Pande yang berada di desa Paniis. Tempat yang biasa ditempati
oleh Dukuh Pande sekarang bernama Cibatok, atau lebih spesifiknya Dukuh Pande
biasa bertempat di sekitar kolam Cibatok, yang sekarang Cibatok tersebut telah
masuk kedalam dusun kliwon.
Dukuh
pande kedatangan tamu yang diutus dari Cirebon Girang yang bernama Mbah Buyut
Ngaberi Wanayasa. Mbah Buyut Ngaberi Wanayasa diberi tugas oleh Mbah Buyut
Cirebn-Girang untuk menyebarluaskan ajaran agam islam di ddesa Paniis dan
seitarnnya. Menurut cerita para leluhur desa Paniis, Mbah Buyut Ngaberi Wanayasa
tidak bertolak pulang kembali ke Cirebon Girang. Namun, Mbah Buyut Ngaberi
patuh dalam aturan Mbah Kuwu Cirebon Girang. Yaitu Mbah Buyut Ngaberi mengemban
tugas untuk menyebarluaskan Islam di tempat tersebut dan setelah tugasnya
selesai Mbah Buyut Ngaberi juga memiliki tugas lain yaitu menjadikan tempat
tersebut menjadi sebuah desa atau pedesaan.
Mbah
Kuwu Cirebon Girang mempunyai nama asli yaitu Mbah Sinuhunsangkan. Karena desa
Paniis bbelum mempunyai pemimpin yang resmi, maka beliau menugaskan semua
pemimpin-pemimpin ditempat tersebut agar tempat tersebut menjadi sebuah desa
atau pedesaan dan mempunyai seorang pemimpin yang resmi dari hasil pemilihan
semua masyarakat yang ada didalamnnya.
Setelah
berapa lama, tugas Mbah Buyut Ngaberi Wanayasapun dapat terselesaikan.
Masyarakat desa Paniis sudah mulai mengenal dengan baik ajaran agama Islam yang
disebarkan oleh Mbah Buyut Kuwu Cirebon-Girang lewat Mbah Buyut Ngaberi
Wanayasa. Masyarakat setempatpun menerima dengan baik ajaran yang diberikan
oleh Mbah Buyut Dukuh Ngaberi Wanayasa. Setelah tugas Mbah Buyut Ngaberi
Wanayasa terselesaikan dan beliau dapat membentuk sebuah desa, Mbah Buyut Pande
berkata: “Mbah sepertinya betah disini, kenapa tidak pulang ke tempat asal?”
jawab Mbah Buyut Ngabei Wanayasa: “Sepertinya saya betah disini karena saya
suka dengan cuaca yang dingin, yang membuat tubuh saya segar. Siapa tau menjadi
Paniis? Aeh desa kita belum memiliki nama, saya namai desa ini dengan nama Desa
Paniis yang seimbang dengan hawa dan cuaca disini?” begitu katanya.
Setelah
mendengar ucapan Mbah Buyut Ngaberi Wanayasa, Mbah Buyut Pande sepertinya
menyetujui, karena beliau mengangguk-angguk dan menjawab: “Bisa saja ki Buyut,
kalau begitu nanti besok saya akan sebarkan berita ini kemasyarakat”.
Keesokan
harinya cepat-cepat Mbah Buyut Pande memerintahkan agar megumumkan kepada
masyarakat untuk berkumpul di Bale Desa sambil mengelilingi memukuli Beundeu.
Masyarakat berkumpul untuk menunggu pengumuman dan memilih kepala desa.
Semenjak itu tempat tersebut berubah menjadi desa dan diberi nama desa Paniis.
Mbah
Buyut Ngabei Wanayasa dijadikan sebagai pemimpin di desa Paniis bersama
istrinya hingga beliau meninggal, dimana batu nisan itu didirikan sebagai batu
nisan tertua yang dipakai sebagai kuburan keramat kecil di dusun Tengger Desa
Paniis.
Tentu
saja selaku masyarakat yang berada di desa Paniis merasa mempunyai kewajiban
untuk melestarikan pemandangan yang dimiliki, sehingga tidak merusak keadaan
yang indah yang bisa membuat merasa nyaman ini. Desa Paniis juga mempunyai
beberapa situs wisata diantaranya mata air Cipaniis, Dukuh Luhur, Hulu Dayeuh, Beber
Beas, Buyut Bei, Buyut Salareuma dll.
Salah satu daya tarik dari desa
Paniis adalah adanya tempat wisata, yaitu mata air Cipaniis atau sering disebut
Hulu Cai oleh masyarakat sekitar. Mata air Paniis terletak berbatasan dengan
desa Singkup. Suara gemericik air yang jernih cukup efektif untuk menghilangkan
penat dari rutinitas pekerjaan. Objek wisata ini banyak dikunjungi oleh
pengunjung dari wilayah III Cirebon (Cirebon, Majalengka, Indramayu, dan
Kuningan).
Namun yang menarik pada mata air paniis ini adalah keindahannya,
keindahan mata air Paniis ini pun telah sampai ke telinga goweser (pesepeda)
dari beberapa daerah. Biasanya mereka melepas lelah setelah bersepeda gunung
melewati kaki Gunung Ciremai. Setelah menjelajahi trek yang menguras tenaga,
bermain-main di mata air yang jernih memang ampuh untuk menghilangkan penat.
Di objek wisata ini, terdapat beberapa kepercayaan yang
beredar di masyarakat. Bukan hanya karena sumber mata air ini merupakan
penyumbang terbesar pasokan air untuk Kota Cirebon, namun khasiat air dari mata
air Paniis sudah tersohor. Ada cerita dari penduduk sekitar mata air Paniis,
pernah ada orang yang lumpuh karena terserang stroke. Oleh keluarganya, orang
tersebut dibawa ke mata air Paniis dan berendam di kolam mata air yang jernih.
Percaya atau tidak, orang tersebut setelah dibawa pulang ke rumahnya sudah bisa
berjalan kembali meskipun dibutuhkan beberapa kali datang ke sumber mata air
Paniis. Selain itu, dengan membasuh muka menggunakan air dari mata air Paniis
dipercaya dapat membuat pengunjung awet muda. Secara medis hal ini mungkin
tidak dapat dibuktikan, namun kepercayaan masyarakat yang begitu kuat menjadi
salah satu daya dukung mengapa objek wisata ini ramai dikunjungi.
Tidak ada salahnya untuk mencoba minum air langsung dari mata
air ini (dapat diambil sampelnya di bagian dalam pembatas). Pernah ada seorang
teman yang iseng meneliti kandungan TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat
terlarut (baik itu zat organik maupun anorganik, misal : garam, dll) yang terdapat
pada sebuah larutan menggunakan sampel air dari mata air Paniis. Hasilnya
lumayan bagus karena angkanya menunjukkan kandungan TDS dibawah 100 yang
artinya air dari mata air ini layak untuk dikonsumsi.
Menurut sumber lain, saya menemukan
sebuah fakta baru tentang mata air Paniis. Menurut bapak Oting yang mempunyai
jabatan sebagai jurtulis atau juru tulis desa Paniis atau biasa disebut
sekretaris desa, dibalik keunikan dari mata air Paniis, ada sebuah masalah yang
cukup membuat masyarakat risih. Masyarakat Kota Cirebon sudah bertahun-tahun menikmati air
minum yang langsung dari salah satu mata air kaki gunung Ciremai, tepatnya
berada di desa Paniis Kabupaten Kuningan. Lokasi mata air tersebut berada di
paling bukit, sehingga wajar menyimpan jutaan kubik air yang tidak pernah
berhenti. Waktu zaman kolonial Belanda, telah membangun jaringan pipa air yang
panjangnya hingga kiloanmeter, agar air dapat dinikmati oleh masyarakat Kota
Cirebon. Konon katanya, dari sebuah penelitian oleh Bank Dunia bahwa air minum
yang berasal dari mata air desa Paniis merupakan air minum yang terbaik di Asia
Tenggara. Sehingga pada tahun 80-an Bank Dunia membuka kran uangnya, kurang
lebih sebanyak 13 milyar rupiah melalui program CUDP ( Cirebon Urban
Development Project ) secara bertahap. Pemanfaatan dana tersebut tiada lain
diantaranya ; untuk membangun dan perbaikan jaringan pipa distribusi air minum
dan pembangunan pengolahan air limbah. Uang tersebut bukan pemberian cuma-cuma
dari Bank Dunia, tapi merupakan hutang PDAM alias beban masyarakat Kota
Cirebon. Sehingga beban bunga yang wajib dibayar oleh PDAM 6 milyar rupiah.
Akibatnya tanpa disadari PDAM secara bertahap menaikkan harga air yang harus
dibayar oleh masyarakat Kota Cirebon. Walaupun ada gejolak, akan tetapi bisa
diredam, dan masyarakat pasrah menghadapi beban tersebut.
Sudah puluhan tahun masyarakat desa Paniis tidak mempedulikan
eksploitasi air yang dilakukan PDAM Kota Cirebon, tanpa konpensasi yang
seimbang. Mungkin saja kondisi pada waktu itu tidak memungkinkan masyarakat
desa Paniis untuk memprotes atau berteriak melawan. Karena kita tahu, sebelum
orde reformasi bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya hidup dibawah tekanan
rezim orde baru. Walupun sudah merdeka, tetapi kenyataannya hidup dalam
bayang-bayang imprialis.
Saat ini mereka berteriak lantang untuk mendapatkan haknya,
tak kenal takut walaupun senjata polisi mengancam dikepala mereka. Warga Paniis
berani mengekspresikan ketidak puasan melalui coretan-coretan didinding-dinding
tembok bangunan instlasi PDAM yang berada di sekitar mata air Paniis. Begitu
pula dijalan-jalan masuk desa Paniis terpasang puluhan spanduk dengan tulisan
kekecewaan terhadap PDAM Kota Cirebon.
Kekisruhan tersebut dipicu oleh sikap para Direksi PDAM Kota
Cirebon yang kurang tanggap terhadap aspirasi warga desa Paniis. mereka
merencanakan akan membangun instalasi air minum desa yang dikelola oleh
masyarakat setempat. Hal ini diinisiasi oleh kesulitannya warga desa Paniis
untuk mendapatkan air minum. Terutama pada musim kemarau. Karena lokasi desa
Paniis lebih tinggi dari lokasi mata air yang telah dimanfaatkan oleh PDAM Kota
Cirebon, maka warga merencanakan mengambil air dari mata air yang lokasinya
lebih tinggi dari desanya. Akan tetapi memerlukan biaya yang sangat besar,
yaitu sekitar 1,1 milyar rupiah. Hasil lobi warga dengan Pemerintah Kabupaten
Kuningan dan Pemerintan Propinsi Jawa Barat telah menghasilkan uang sebesar
Rp.575.000.000,-. Sehingga masih kekurangan yang cukup banyak dan menjadi beban
masyarakat. Kondisi demikian, harapannya meminta bantuan dari PDAM Kota
Cirebon, akan tetapi tidak ada kejelasan dari pihak PDAM. Inilah yang menjadi
titik awal kekisruhan yang terjadi di Desa Paniis.
Sesudah mendatangkan para tokoh masyarakat yang memberi
keterangan tentang asal-usul Desa Paniis, tentu saja banyak sekali hambatan
karena kelangkaan yang memberi sumber. Namun sesudah memperhatikan dan menyimak
pembicaraan para pengurus desa, dapat disimpulkan asal-usul atau riwayat Desa
Paniis asalnya dari keadaan alam, tempat yang tentram, segar serta cocok untuk
istirahat. Jadi sekarang Desa ini disebut Desa Paniis. Desa Paniis dijadikan 6
tempat yang berbeda, atau bisa disebut dijadikan 6 dusun. Yaitu, dusun manis,
dusun paing, dusun phuhun, dusun kliwon dan dusun singkup. Namun setelah perjalanan
berlalu, salah satu dusun dari desa Paniis terpisah yaitu dusun singkup.
Menurut bapak jali sebagai wakil sekretaris desa, yang sudah
menjadi kepala desa sejak berdirinya desa Paniis hingga sekarang adalah sbb:
1. Bapak Gumer, menjabat kepala desa selama 32
tahun. Sejak tahun 1850-1882.
2. Bapak Parta, menjabat kepala desa selama 2
tahun. Sejak tahun 1882-1884.
3. Bapak Asna Sastra, menjabat kepala desa
selama 12 tahun. Sejak tahun 1884-1914.
4. Bapak Sawega, menjabat kepala desa selama
35 tahun. Sejak tahun 1914-1949.
5. Bapak Mukrim Sawita Atmaja, menjabat kepala
desa selama 9 tahun. Sejak tahun 1949-1958.
6. Bapak E. Hanam, menjabat kepala desa selama
10 tahun. Sejak tahun 1958-1968.
7. Bapak E. Sumarta, menjabat kepala desa
selama 10 tahun. Sejak tahun 1968-1978.
8. Bapak T. Pirmadi, menjabat kepala desa
selama 32 tahun. Sejak tahun 1978-1988.
9. Bapak Ojaem Rojaem, menjabat kepala desa
selama 19 tahun. Sejak tahun 1988-2007.
10. Bapak Abdul syukur Efendi, menjabat kepala
desa selama 6 tahun. Sejak tahun 2007-2013.
11.
Bapak Mulus, dilantik
tanggal 26 mei 2013.
Itulah ulasan singkat mengenai asal-usul desa Paniis, yang
saya dapatkan dari beberapa pengurus desa. Yaitu bapak Oting dan bapak Jali
sebagai sekretaris dan wakil sekretaris desa. Wawancara itu dilkukan pada hari
selasa, 28 mei 2013.
Post a Comment
Post a Comment