Asal Usul Desa Cibuntu, Desa Mandirancan, Desa Sukasari, Desa Paniis


DESA CIBUNTU

Desa Cibuntu merupakan sebuah desa yang termasuk unik karena keberadaan desa tersebut merupakan ujung desa dan berada di lereng gunung ciremai, jadi setelah desa cibuntu selanjutnya merupakan hutan pinus yang merupakan area hutan gunung ciremai.Untuk menuju ke desa Cibuntu kalau rute dari Cirebon tahapannya adalah: Cirebon - Sumber(Plangon)-Mandirancan-Paniis-Cibuntu dengan jarak tempuh +/- 30km.
Desa Cibuntu dipimpin oleh seorang kepala desa yang sampai ini dijabat oleh bapak H.Awam Hamara dan sebagai sekertaris desanya bapak Iwan Jamsuki.Walaupun desa cibuntu berada di ujung desa tapi dengan adanya kepemimpinan kuwu - kuwu :mulai dari Bapak Kurdi - Bapak Amangku - Bapak Enda dan yang sekaran Bapak awam dibawah kepemimpinan beliau - beliaulah hingga sekarang masyarakat desa Cibuntu dapat menikamti sarana listri, jalan aspal, air ke rumah-rumah dll.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang Desa Cibuntu yang berkaitan dengan Pariwisata,Seni & Budaya.
Untuk Pariwisata, di desa Cibuntu terdapat situs-situs yang konon ceritannya merupakan tempat-tempat napak tilas para wali ketika akan menuju ke Gunung ciremai, ada satu yang agak unik namanya Loa,dengan tersusun rapih ada satu batu besar mirip sebuah meja kemudian dikelilingi batu-batu kecil mirip sebuah kursi, disampingnya ada aliran air dan dibawah pohon loa yang meneduhi meja tersebut keberadaanya percis sebelum masuk desa Cibuntu.
Untuk Seni,masyarakat desa Cibuntu pada dasarnya banyak yang berjiwa seni misalkan ada seorang tokoh tua yang namanya Mang Pandi beliu termasuk orang yang merintis adanya Group Sandiwara & Reog, dimana pemainnya merupakan anak-anak muda desa Cibuntu, tapi dengan berkembangnya jaman kini tinggal kenangan.
Untuk Budaya, desa Cibuntu merupakan sebuah desa yang penghuninya diperkirakan sudah ada sejak jaman batu,perkiraan itu bukan tanpa dasar karena di desa cibuntu pernah ditemukan benda-benda purbakala berupa alat yang dibuat dari batu, Giok dll.Penemunya adalah yang dikenal dengan Mang Jai dan tempat penemuannya percis dibelakang kantor desa Cibuntu.Yang kami sesalkan benda-benda yang tak ternilai hargannya itu raib entah kemana rimbanya.ada satu hal yang sampai saat ini budaya masih dipertahankan yaitu dengan sikap kegotong royongannya dalam melakukan kegiatan-kegiatan, seperti : pembangunan rumah, saling membantu biaya rumah sakit, biaya persalinan, dll.
Demikian sekilas info tentang keberadaan desa Cibuntu


DESA MANDIRANCAN

ASAL USUL DESA MANDIRANCAN              
Beradasarkan keterangan-keterangan dari sesepuh desa bahwa desa mandirancan berasal dari kata mandi (matih, ampuh) dan rancan (rencana) ada pula yang berpendapat bahwa mandi ( kolam tempat mandi)
Jadi mandirancan berarti :
- Desa yang mempunyai rencana yang matih/ ampuh dan dapat dilaksanakan dengan baik
- Kolam tempat mandi yang matih untuk kekebalan/kesaktian
Kedua perktaan tersebut mendekati kebenaran dengan alasan sebagi berikut :
Pendapat pertama
1. Semenjak desa mandirancan berdiri semua orang yang bermaksud jahat terhadap masyarakat / penduduk desa selalu mengalami kegagalan.
2. Tiap-tiap pencuri yang melakuakn pencurian didesa mandirancan akhirnya tertyangkap juga.
Kalau tidak tertangkap ia mengalami kegagalan (apes bahasa sunda)
Keterangan tersebut juga dibuktikan yaitu ketika aksi polisi belanda ke I-II tahun 1947-1949, desa mandirancan diduduki oleh markas belanda dan merupakan pos aliran air ledeng dari desa paniis ke kota cirebon.
Pada saat itu penduduk umumnya ada di pihak gerilyawan, berulang ulang markas belanda yang berada di desa mandirancan di serang oleh oihak gerilyawan,namun tidak membawa hasil . pernah terjadi peluru granat yang di lemparkan didepan markas tersebut tidak meledak, peluru mortir yang jatuh di salah satu rumahpun tidak meledak. Sebelum renfil serangan pihak gerilyawan tidak membawakan hasil karena kedua belah pihak gerilyawan tidur di kebun-kebun pinggir desa.
Sebelum Cease Fire tahun 949, gerilyawan secara serentak melakukan serangan fajar, tetapi tidak berhasil.
Pada tahun 1956 di Mandirancan ada yang bertugas satu Kompi Mobrig Jon 5118 bertempat di balai desa pernah mengalami serangan dari gerombolan DI Kartosuwiryo, mereka menyerang dari sebelah timur ± jarak 10 meter, inipun menemui kegagalan, dan pada tahun 1959 gerombolan DI Kartosuwiryo mengalami kehancuran.
Adapumn Rancan yang artinya Rencana menurut keterangan dari orang tua bagi segala rencana dapat di laksanakan dengan baik.


Pendapat kedua
Mandi yaitu tempat mandi di kampung cibarong blok pon desa mandirancan disana terdapat mata air yang jernih yang sampai sekarang rami di pakai tempat mandi oleh masyarakat setempat.
Kata rancana brasal dari kata ranca yang artinya rawa. Kemungkinan dahulu pernah ada orang yang telah mandi diranca, akhirnya kalimat tersebut sampai sekarang menjadi nama desa.
Menurut keterangan orang tua dahulu banyak ahli tarak (tapa), karena biasa (adat) main ujungan. Ahli-ahli tersebut melakuakan mandi di malam hari untuk menambah kekebalan dan kekuatannya/kesaktiannya. Tempat-tempat mandi yaitu yang digunakan yaitu di 7 (tujuh) muara yang ada di desa dan di luar desa.
Berdasarkan penghuni desa yang pertama, yang mula-mula membuat saluran-saluran air, jalan-jalan desa dan sebagainya yaitu :
Buyut Neke dengan Buyut Dukuh.
Akhirnya datang pula pendatang dari luar desa, yaitu dari daerah cirebon yaitu Buyut Tumenggung Kuning yang bergelar tunggal Kadu yang kemudian menjadi mantu Buyut Neke. Dari pernikahannya melahirkan buyut tanjung kemuning, dan karena kesaktiannya maka ia mendapat gelar Buyut Sirnabaya, dan Buyut Sirnabaya itu mempunyai seorang pembantu laki laki dari luar desa (sindang laut) yang samapi sekarang di sebut Buyut Lurah (panakawan-bhsa jawa), nama buyut lurah mashur sampai sekarang sehingga kuburannya dipelihara dengan baik.
Menururt keterangan bahwa buyut lurah pernah diutus puraga (piket) ke mataram,dan pada jaman sultan agung ia pernah di suruh mengambil air, air tersebut diambil dengan dipikul memakipikulan cerangka rumput. Karena kesaktiannya ia di suruh pulang ke Mandirancan dengan membawa tanda jasa.
Selain Buyut Lurah ada lagi orang yang dianggap kuat diantaranya :
- Buyut sabuk Halu
- Buyut gugur panadah
- Buyut Karti
- Buyut sajidin dll.
Buyut sirnabaya mempunyai seorang gadis yang cantik, dan karena kecantikannya itu ia mempunyai mantu Sultan Cirebon. Di desa Mandirancan di buatnya sebidang kebun yang sampai sekarang disebut kebon Dalem yang terletak disebelah Timur desa, dan sebidang tanah yang dijadikan patamanan dalem seluas 1 Ha, tanah tersebut sampai sekarang disebut “Patoman” yang terletak disebelah Tenggara desa.
Dari pernikahan putri sirnabaya dengan sultan Cirebon tersebut desa Mandirancan menjadi mashur dan mendapat julukan Cirebon tua, dan ada kemungkinan dinamakan Cirebon tua karena saat itu terjadi (ada sebuah nangka) yang masak jatuh ke sebuah sumur, dan nangka tersebut tidak dapat dipotong dengan pisau atau golok. Nangka tersebut oleh para penguasa setepat diserahkan kepada Dalem Cirebon.
Sumur itu disebut sumur kejayaan atau sumur bandung yang sekarang tertutup dengan sebuah batu. Sumur tersebut dapat terbuka dengan sendirinya bagi orang yang kewenean (bahasa sunda). Sumur itu terletak di pinggir sungai cipager.
Pada tahun ± 1961 Batalyon 325 bertugas di desa Mandirancan, pernah ada seorang prajurit berpangkat Kopral namanya itu Bapak Sadja, ia dengan disertai oleh seorang pemuda desa pada suatu malam berkunjung ketempat tersebut, pada malam itu pula ia melihat 3 buah batu ali, diantaranya: merah delima, djamrud dan jaman.
Batu-batu tersebut dengan mudah diangkat dengan maksud tidak akan memilikinya, kalau batu itu ingin dimilikinya, maka batu ali tersebut tidak terangkat. Sebelum batu-batu tersebut terangkat terlebih dahulu muncul godaan-godaan yang bermacam-macam ririwa (memedi dalam bahasa jawa).
Menurut keterangan orang tua bahwa besok lusa desa Mandirancan akan dijadikan tempat kegiatan pemerintahannya. Keterangan tersebut terbukti pada tahun 1941 jaman bala tentara Dai Nipon mendarat, saat itu masyarakat kota Cirebon dipimpin oleh L.B.D mengungsi ke desa Mandirancan, juga terjadinya pemerintahan Inspektur wilayah III Cirebon, jawatan-jawatan perusahaan negara, lembaga Nifo keresidenan Cirebon melakukan kegiatan-kegiatan pemerintahannya di desa Mandirancan selama ± 1 bulan, yaitu pada bulan Oktober-November 1969, ketika adanya Fiel test Gala Yuda Angkatan Darat, dan desa Mandirancan dijadikan daerah pangkalan pemerintahan Inspektur wilayah III Cirebon.
Pada saat itu masyarakat desa ikut aktif melaksanakan “perata” (perang rakyat semesta) yang disaksikan oleh para tamu dari luar dan dalam negeri.
Dengan terbuktinya keterangan-keterangan yang biasa diceritakan oleh orang-orang tua, maka warga masyarakat desa semakin cinta terhadap desa yang merupakan tumpah darahnya.
Karena jasa-jasa buyut Sirnabaya, masyarakat desa membentuk satu kesatuan olah raga dan kesatuan siswa dengan memakai nama sirnabaya, yaitu:
- Olahraga desa Mandirancan “Sirna Baya”
- Ikatan Pelajar Mandirancan “Sirna Baya”Beradasarkan keterangan-keterangan dari sesepuh desa bahwa desa mandirancan berasala dari kata mandi (matih, ampuh
Jadi mandirancan berarti :
- Desa yang mempunyai rencana yang matih/ ampuh dan dapat dilaksanakan dengan baik
- Kolam tempat mandi yang matih untuk kekebalan/kesaktian
Kedua perkataan tersebut mendekati kebenaran dengan alasan sebagi berikut :



DESA SUKASARI

Sejarah Desa Sukasari
Menurut cerita secara turun temurun, Sukasari di bebera oleh Buyut Jago , Buyut Tipasakti, Buyut Demang ,Buyut Sinta , Eyang Sitawijaya , Eyang Natawijaya , Eyang Singaperna dan Buyut Saliahah, maka dari rempugan para karuhun tersebut terbentuklah Nama SUKASARI, yang punya arti Suka kepada yang bagus-bagus sehingga sejak dulu bahwa Desa Sukasari Selalu jadi Desa terbaik Baik Tingkat Kecamatan, Tingkat Kabupaten dan Tingkat Propinsi , dan punya target untuk tingkat Nasional.
Desa Sukasari telah menyadang desa terbaik yaitu :
1. Tahun 2005 Desa terbaik Satu tingkat Kecamatan Cikijing
2. Tahun 2006 Desa terbaik Satu tingkat Kabupaten Majalengka
3. Tahun 2006 Desa terbaik Satu tingkat Wilayah III Cirebon
4. Tahun 2007 Desa terbaik Dua tingkat Propinsi Jawa Barat
Dan Desa Sukasari, Sejak tahun 1985 sudah dijadikan kegiatan tingkat kecamatan,Kabupaten,Propinsi serta sudah pada tingkat Nasional, yaitu dalam rakngka TEKONAS ( Temu Konsultasi Tingkat Nasional ) Kejar Paket A dari 27 Propinsi yang diselenggarakan oleh Dirjen Pendidkan Luar Sekolah Republik Indonesia, Adapun Program Program Pemerintah yang sudah di berikan kepada pemerintah ke desa Sukasari antara laian :
1. P2MPD Tahun 2005
2. PPK Tahun 2006
3. PNPM Generasi Sehat Dan Cerdas Tahun 2007-2008
4. PNPM Desa Mandiri Tahun 2010-2011
5. Program Desa Mandiri Dalam Perwujudan Desa Peradaban Tahun 2010
Dari semua program yang sudah dilaksanakan menjadikan suatu perubahan kearah kemajuan untuk sukasari, karena menunjang semua indikator pembangunan yang terutama Kesehatan, Pendikan, Keagamaan ,Perekonomian dan pemerintahan.
Semua warga desa Sukasari yang tua maupun yang muda,semoga maklum atas kebenaran serta lurusnya sejarah desa Sukasari. Sejarah desa Sukasari tidak akan lepas kaitannya dengan deasa ciguntur yang sekarang masih di ingat namun tidak terlupakan dari waktu ke waktu. Desa  yang sekarang tinggal namanya saja,tapi tidak terhapus oleh zaman karena sejarah dari dahulu namanya adalah Desa ciguntur.

Desa Ciguntur dimulai ceritanya pada tahun 1935, dinamakan Ciguntur karena bertempat disebelah barat sisi bendungan Cipakeleran dan di bawah Lamping Sibilik. Memanjang dari selatan ke utara yang panjangnya 1000m dan penduduknya masih sedikit yaitu 100KK. Tetapi secara administrasi diakui oleh pemerintahan Kabupaten Kuningan. Wilayahnya luasnya ±  178,028 Hektar yang termasuk darat (pemukiman ) maupun sawah

Batas batas wilayah :

·         Selatan : Desa seda dan cibuntu
·         Barat : Desa paniis dan cirea
·         Utara: Desa Matangaji dan nanggela
·         Timur: Desa Nanggerang Jaya

 

 


Perangkat desa zaman dahulu tahun 1935

1.       Kepala desa                     : Bapak Kasmin
2.       Sekretaris                         : Bapak Satria Sastra Wijaya
3.       Kasi Pemerintahan           : Bapak Kartayu
4.       Kasi kesra                         : Bapak Sukarta Sukardi Wirya
5.       Kasi ekbang                      : -
6.       Ngalambang                      : Bapak Jasim
7.       Kadus                                 : Bapak Miskad  Kerta Dipura
8.       Khotib                                 : Bapak Sarman Warya Gama
9.       Kebersihan                         : BapakMardani

Desa Ciguntur termasuk desa yang rapih, aman, rukun beragama serta gotong royong dan beragama islam. Seluruh masyarakat berternak hewan dan bertani. Kebanyakkan masyarakat menghasilkan kerajin tangan yaitu anyaman, membuat bilik, bilik kepang, dan lain-lain, karena pada zaman itu rumahnya memakai bamboo dan juga bilik. Ketika masyarakat tenang dan tentram dikagetkan dengan kejadian fenomena alam,yaitu meletusnya gunung Ceremai dan lahar yang membanjiri masyarakat  sehingga masyarakat pindah dari pemukiman Ciguntur. Seluruh masyarakat akhirnya diusingkan ketempat yang lebih aman, yaitu kesebelah timur ke Cipakeleran.
Setelah gunung Ceremai sudah tidak mengeluarkan lahar dan aman, seluruh warga berpindah ke Ciguntur kembali dan membersihkan seluruh desa terutama tempat tinggal masing-masing serta membuat masjid yang luasnya 100 bata, 1 bata =14,2M. Malam hari setelah keputusan membuat masjid, seluruh warga mengadakan berdoa bersama kepada Allah SWT,semoga desa yang sekarang mendapatkan ridho dan berkah dari Allah SWT.
Berdasarkan musyawarah seluruh masyarakat desa Ciguntur,tepatnya hari jumat tanggal 12 Rabiulawal 1351 H (16 Juli 1932) dijadikan hari jadi desa baru dengan namanya adalah Desa Neglasari. Setelah diresmikannya nama Desa Neglasari,kembali terjadi musibah sehingga mengganti namanya lagi menjadi Desa Sukawangi. Desa sukawangi pun tidak cocok karena banyak musibah kilat dan warga yang tersambar kilat,sehingga diganti namanya kembali oleh kesepakatan seluruh warga menjadi Desa Sukasari.
Alhamdulillah setelah gantinya nama Sukasari tidak ada kejadian yang membuat warga Sukasari sengsara, serta warganya pun bertambah dengan seiringnya zaman menjadi 2000 orang. Sampai sekarang sejarah desa Sukasari masih terkenang dihati kami para sesepuh desa Sukasari dan tidak akan kami lupakan kejadian yang dahulu menimpa dan semoga kedepannya Sukasari menjadi desa yang maju.



DESA PANIIS

Banyak asal-usul cerita tentang sejarah desa paniis, berikut salah satu asal mula desa Paniis dan pemberian namanya.
Menurut bapak Jali yang mempunyai jabatan sebagai wakil Jurtulis atau wakil Juru tulis atau biasa disebut sekretaris di desa Paniis. Beliau berpendapat bahwa sejarah desa Paniis bermula pada jaman dahulu, yaitu pada jamannya mbah Kuwu Cirebon-girang yang sebenarnya bukan berasal desa Paniis namun berasal dari kota Cirebon. Pada jaman tersebut berdiri suatu tempat, yang sebelumnya belum tidak mempunyai nama desa. Hanya saja pada jaman tersebut ada yang disebut pademangan yang biasa dipanggil demang-demang, mungkin pada jaman sekarang setara dengan kepala desa atau lurah. Namun pada jaman dahulu biasa disebut dengan kangjeng dalem, dan yang menjadi kanjeng dalemnya yaitu mbah Kuwu Cirebon-Girang.
Adanya pemberian nama desa Paniis ini bermula pada saat jamannya kanjeng dalem atau mbah Kuwu Cirebon-Girang. Awal mula ceritanya yaitu mbah Kuwu Cirebon-Girang atau kanjeng dalem ini berjiaah ke tanah Suci Mekah yang pertama kali di tanah jawa, asal-usul juga menyebutkan bahwa mbah kanjeng dalem  juga yang pertama mengambil jubah asli dari tanah Suci Mekah.
Sepulangnya dari tanah Suci Mekah, kanjeng dalem atau yang disebut mbah kuwu Cirebon-Girang ini beliau mengembangkan ajaran Islam yang didapatnya ke berbagai tempat, salah satunya adalah ke desa Paniis. Semenjak itu mbah Kuwu menyebarkan utusannya kebeberapa pemimpin diberbagai daerah. Salah satunya adalah pemimpin yang biasa disebut Dukuh Pande yang berada di desa Paniis. Tempat yang biasa ditempati oleh Dukuh Pande sekarang bernama Cibatok, atau lebih spesifiknya Dukuh Pande biasa bertempat di sekitar kolam Cibatok, yang sekarang Cibatok tersebut telah masuk kedalam dusun kliwon.
Dukuh pande kedatangan tamu yang diutus dari Cirebon Girang yang bernama Mbah Buyut Ngaberi Wanayasa. Mbah Buyut Ngaberi Wanayasa diberi tugas oleh Mbah Buyut Cirebn-Girang untuk menyebarluaskan ajaran agam islam di ddesa Paniis dan seitarnnya. Menurut cerita para leluhur desa Paniis, Mbah Buyut Ngaberi Wanayasa tidak bertolak pulang kembali ke Cirebon Girang. Namun, Mbah Buyut Ngaberi patuh dalam aturan Mbah Kuwu Cirebon Girang. Yaitu Mbah Buyut Ngaberi mengemban tugas untuk menyebarluaskan Islam di tempat tersebut dan setelah tugasnya selesai Mbah Buyut Ngaberi juga memiliki tugas lain yaitu menjadikan tempat tersebut menjadi sebuah desa atau pedesaan.
Mbah Kuwu Cirebon Girang mempunyai nama asli yaitu Mbah Sinuhunsangkan. Karena desa Paniis bbelum mempunyai pemimpin yang resmi, maka beliau menugaskan semua pemimpin-pemimpin ditempat tersebut agar tempat tersebut menjadi sebuah desa atau pedesaan dan mempunyai seorang pemimpin yang resmi dari hasil pemilihan semua masyarakat yang ada didalamnnya.
Setelah berapa lama, tugas Mbah Buyut Ngaberi Wanayasapun dapat terselesaikan. Masyarakat desa Paniis sudah mulai mengenal dengan baik ajaran agama Islam yang disebarkan oleh Mbah Buyut Kuwu Cirebon-Girang lewat Mbah Buyut Ngaberi Wanayasa. Masyarakat setempatpun menerima dengan baik ajaran yang diberikan oleh Mbah Buyut Dukuh Ngaberi Wanayasa. Setelah tugas Mbah Buyut Ngaberi Wanayasa terselesaikan dan beliau dapat membentuk sebuah desa, Mbah Buyut Pande berkata: “Mbah sepertinya betah disini, kenapa tidak pulang ke tempat asal?” jawab Mbah Buyut Ngabei Wanayasa: “Sepertinya saya betah disini karena saya suka dengan cuaca yang dingin, yang membuat tubuh saya segar. Siapa tau menjadi Paniis? Aeh desa kita belum memiliki nama, saya namai desa ini dengan nama Desa Paniis yang seimbang dengan hawa dan cuaca disini?” begitu katanya.
Setelah mendengar ucapan Mbah Buyut Ngaberi Wanayasa, Mbah Buyut Pande sepertinya menyetujui, karena beliau mengangguk-angguk dan menjawab: “Bisa saja ki Buyut, kalau begitu nanti besok saya akan sebarkan berita ini kemasyarakat”.
Keesokan harinya cepat-cepat Mbah Buyut Pande memerintahkan agar megumumkan kepada masyarakat untuk berkumpul di Bale Desa sambil mengelilingi memukuli Beundeu. Masyarakat berkumpul untuk menunggu pengumuman dan memilih kepala desa. Semenjak itu tempat tersebut berubah menjadi desa dan diberi nama desa Paniis.
Mbah Buyut Ngabei Wanayasa dijadikan sebagai pemimpin di desa Paniis bersama istrinya hingga beliau meninggal, dimana batu nisan itu didirikan sebagai batu nisan tertua yang dipakai sebagai kuburan keramat kecil di dusun Tengger Desa Paniis.
Tentu saja selaku masyarakat yang berada di desa Paniis merasa mempunyai kewajiban untuk melestarikan pemandangan yang dimiliki, sehingga tidak merusak keadaan yang indah yang bisa membuat merasa nyaman ini. Desa Paniis juga mempunyai beberapa situs wisata diantaranya mata air Cipaniis, Dukuh Luhur, Hulu Dayeuh, Beber Beas, Buyut Bei, Buyut Salareuma dll.
            Salah satu daya tarik dari desa Paniis adalah adanya tempat wisata, yaitu mata air Cipaniis atau sering disebut Hulu Cai oleh masyarakat sekitar. Mata air Paniis terletak berbatasan dengan desa Singkup. Suara gemericik air yang jernih cukup efektif untuk menghilangkan penat dari rutinitas pekerjaan. Objek wisata ini banyak dikunjungi oleh pengunjung dari wilayah III Cirebon (Cirebon, Majalengka, Indramayu, dan Kuningan).
Namun yang menarik pada mata air paniis ini adalah keindahannya, keindahan mata air Paniis ini pun telah sampai ke telinga goweser (pesepeda) dari beberapa daerah. Biasanya mereka melepas lelah setelah bersepeda gunung melewati kaki Gunung Ciremai. Setelah menjelajahi trek yang menguras tenaga, bermain-main di mata air yang jernih memang ampuh untuk menghilangkan penat.
Di objek wisata ini, terdapat beberapa kepercayaan yang beredar di masyarakat. Bukan hanya karena sumber mata air ini merupakan penyumbang terbesar pasokan air untuk Kota Cirebon, namun khasiat air dari mata air Paniis sudah tersohor. Ada cerita dari penduduk sekitar mata air Paniis, pernah ada orang yang lumpuh karena terserang stroke. Oleh keluarganya, orang tersebut dibawa ke mata air Paniis dan berendam di kolam mata air yang jernih. Percaya atau tidak, orang tersebut setelah dibawa pulang ke rumahnya sudah bisa berjalan kembali meskipun dibutuhkan beberapa kali datang ke sumber mata air Paniis. Selain itu, dengan membasuh muka menggunakan air dari mata air Paniis dipercaya dapat membuat pengunjung awet muda. Secara medis hal ini mungkin tidak dapat dibuktikan, namun kepercayaan masyarakat yang begitu kuat menjadi salah satu daya dukung mengapa objek wisata ini ramai dikunjungi.
Tidak ada salahnya untuk mencoba minum air langsung dari mata air ini (dapat diambil sampelnya di bagian dalam pembatas). Pernah ada seorang teman yang iseng meneliti kandungan TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik maupun anorganik, misal : garam, dll) yang terdapat pada sebuah larutan menggunakan sampel air dari mata air Paniis. Hasilnya lumayan bagus karena angkanya menunjukkan kandungan TDS dibawah 100 yang artinya air dari mata air ini layak untuk dikonsumsi.
Menurut sumber lain, saya menemukan sebuah fakta baru tentang mata air Paniis. Menurut bapak Oting yang mempunyai jabatan sebagai jurtulis atau juru tulis desa Paniis atau biasa disebut sekretaris desa, dibalik keunikan dari mata air Paniis, ada sebuah masalah yang cukup membuat masyarakat risih. Masyarakat Kota Cirebon sudah bertahun-tahun menikmati air minum yang langsung dari salah satu mata air kaki gunung Ciremai, tepatnya berada di desa Paniis Kabupaten Kuningan. Lokasi mata air tersebut berada di paling bukit, sehingga wajar menyimpan jutaan kubik air yang tidak pernah berhenti. Waktu zaman kolonial Belanda, telah membangun jaringan pipa air yang panjangnya hingga kiloanmeter, agar air dapat dinikmati oleh masyarakat Kota Cirebon. Konon katanya, dari sebuah penelitian oleh Bank Dunia bahwa air minum yang berasal dari mata air desa Paniis merupakan air minum yang terbaik di Asia Tenggara. Sehingga pada tahun 80-an Bank Dunia membuka kran uangnya, kurang lebih sebanyak 13 milyar rupiah melalui program CUDP ( Cirebon Urban Development Project ) secara bertahap. Pemanfaatan dana tersebut tiada lain diantaranya ; untuk membangun dan perbaikan jaringan pipa distribusi air minum dan pembangunan pengolahan air limbah. Uang tersebut bukan pemberian cuma-cuma dari Bank Dunia, tapi merupakan hutang PDAM alias beban masyarakat Kota Cirebon. Sehingga beban bunga yang wajib dibayar oleh PDAM  6 milyar rupiah. Akibatnya tanpa disadari PDAM secara bertahap menaikkan harga air yang harus dibayar oleh masyarakat Kota Cirebon. Walaupun ada gejolak, akan tetapi bisa diredam, dan masyarakat pasrah menghadapi beban tersebut.
Sudah puluhan tahun masyarakat desa Paniis tidak mempedulikan eksploitasi air yang dilakukan PDAM Kota Cirebon, tanpa konpensasi yang seimbang. Mungkin saja kondisi pada waktu itu tidak memungkinkan masyarakat desa Paniis untuk memprotes atau berteriak melawan. Karena kita tahu, sebelum orde reformasi bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya hidup dibawah tekanan rezim orde baru. Walupun sudah merdeka, tetapi kenyataannya hidup dalam bayang-bayang imprialis.
Saat ini mereka berteriak lantang untuk mendapatkan haknya, tak kenal takut walaupun senjata polisi mengancam dikepala mereka. Warga Paniis berani mengekspresikan ketidak puasan melalui coretan-coretan didinding-dinding tembok bangunan instlasi PDAM yang berada di sekitar mata air Paniis. Begitu pula dijalan-jalan masuk desa Paniis terpasang puluhan spanduk dengan tulisan kekecewaan terhadap PDAM Kota Cirebon.
Kekisruhan tersebut dipicu oleh sikap para Direksi PDAM Kota Cirebon yang kurang tanggap terhadap aspirasi warga desa Paniis. mereka merencanakan akan membangun instalasi air minum desa yang dikelola oleh masyarakat setempat. Hal ini diinisiasi oleh kesulitannya warga desa Paniis untuk mendapatkan air minum. Terutama pada musim kemarau. Karena lokasi desa Paniis lebih tinggi dari lokasi mata air yang telah dimanfaatkan oleh PDAM Kota Cirebon, maka warga merencanakan mengambil air dari mata air yang lokasinya lebih tinggi dari desanya. Akan tetapi memerlukan biaya yang sangat besar, yaitu sekitar 1,1 milyar rupiah. Hasil lobi warga dengan Pemerintah Kabupaten Kuningan dan Pemerintan Propinsi Jawa Barat telah menghasilkan uang sebesar Rp.575.000.000,-. Sehingga masih kekurangan yang cukup banyak dan menjadi beban masyarakat. Kondisi demikian, harapannya meminta bantuan dari PDAM Kota Cirebon, akan tetapi tidak ada kejelasan dari pihak PDAM. Inilah yang menjadi titik awal kekisruhan yang terjadi di Desa Paniis.
Sesudah mendatangkan para tokoh masyarakat yang memberi keterangan tentang asal-usul Desa Paniis, tentu saja banyak sekali hambatan karena kelangkaan yang memberi sumber. Namun sesudah memperhatikan dan menyimak pembicaraan para pengurus desa, dapat disimpulkan asal-usul atau riwayat Desa Paniis asalnya dari keadaan alam, tempat yang tentram, segar serta cocok untuk istirahat. Jadi sekarang Desa ini disebut Desa Paniis. Desa Paniis dijadikan 6 tempat yang berbeda, atau bisa disebut dijadikan 6 dusun. Yaitu, dusun manis, dusun paing, dusun phuhun, dusun kliwon dan dusun singkup. Namun setelah perjalanan berlalu, salah satu dusun dari desa Paniis terpisah yaitu dusun singkup.
Menurut bapak jali sebagai wakil sekretaris desa, yang sudah menjadi kepala desa sejak berdirinya desa Paniis hingga sekarang adalah sbb:
1.      Bapak Gumer, menjabat kepala desa selama 32 tahun. Sejak tahun 1850-1882.
2.      Bapak Parta, menjabat kepala desa selama 2 tahun. Sejak tahun 1882-1884.
3.      Bapak Asna Sastra, menjabat kepala desa selama 12 tahun. Sejak tahun 1884-1914.
4.      Bapak Sawega, menjabat kepala desa selama 35 tahun. Sejak tahun 1914-1949.
5.      Bapak Mukrim Sawita Atmaja, menjabat kepala desa selama 9 tahun. Sejak tahun 1949-1958.
6.      Bapak E. Hanam, menjabat kepala desa selama 10 tahun. Sejak tahun 1958-1968.
7.      Bapak E. Sumarta, menjabat kepala desa selama 10 tahun. Sejak tahun 1968-1978.
8.      Bapak T. Pirmadi, menjabat kepala desa selama 32 tahun. Sejak tahun 1978-1988.
9.      Bapak Ojaem Rojaem, menjabat kepala desa selama 19 tahun. Sejak tahun 1988-2007.
10.  Bapak Abdul syukur Efendi, menjabat kepala desa selama 6 tahun. Sejak tahun 2007-2013.
11.  Bapak Mulus, dilantik tanggal 26 mei 2013.
Itulah ulasan singkat mengenai asal-usul desa Paniis, yang saya dapatkan dari beberapa pengurus desa. Yaitu bapak Oting dan bapak Jali sebagai sekretaris dan wakil sekretaris desa. Wawancara itu dilkukan pada hari selasa, 28 mei 2013.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter